Senin, 19 Maret 2012

Pernikahan paling unik di berbagai dunia

Saya akan mengulas perbedaan tradisi pernikahan di beberapa Negara,seperti :
TRADISI PERNIKAHAN DI KOREA | TRADISI PERNIKAHAN DI JEPANG | TRADISI PERNIKAHAN DI CHINA | TRADISI PERNIKAHAN DI HAWAII | TRADISI PERNIKAHAN DI ITALIA  | TRADISI PERNIKAHAN DI JERMAN | TRADISI PERNIKAHAN DUNIA LAINNYA
sangat unik untuk dibandingkan satu dan lainnya.Hal ini tentunya tidak lepas dari tradisi dan kebudayaan Negara masing-masing:

TRADISI PERNIKAHAN DI HAWAII





Hawaii, pulau dengan pantai-pantai indah dan merupakan salah satu surga dunia. Dan siapa yang tidak ingin menikah di pulau yang terkenal akan tarian dan musik ukulelenya.
Lei, merupakan karangan bunga yang selalu dikenakan oleh siapapun yang menikah di pulau eksotis ini. Lei merupakan simbol cinta, hormat dan simbol pulau ini sendiri. Saat upacara pernikahan, kedua pengantin akan saling menukar lei, di mana awalnya sang pengantin pria akan mengenakan terlebih dahulu lei milik pengantin wanita, dan sebaliknya, untuk nantinya ditukar. Lei oleh beberapa pengantin akan diberikan pada kedua ibu sang pengantin.

wanita mengenakan untaian bunga pink dan putih bisa disertai dengan anggrek atau mawar. Pengantin wanita juga biasanya akan mengenakan karangan bunga di atas kepalanya atau disebut haku lei.
Gaun pengantin yang dikenakan tentu saja berwarna putih dan panjang atau dinamakanmuumuu-ish. Memiliki arti, gaun yang akan melambai-lambai saat berjalan di pasir pantai Pasifik. Dan untuk pengantin pria, juga mengenakan pakaian serba putih, mulai dari jas, kemeja sampai celana, namun mengenakan warna cerah, biasanya merah, yang diselempangkan di pinggang. Kimono juga dapat dikenakan dalam acara pernikahan Hawaii.

Orang suci atau seseorang yang akan menikahkan di Hawaii dinamakan kahuna pule, di mana dia akan menyatukan kedua tangan sang pengantin dengan maile lei (karangan bunga maile).
Urusan musik, Hawaii memiliki musik tradisional tersendiri, gitar dengan kunci yang kendur serta ukulele. Masalah makanan, dalam pesta pernikahan terdapat beberapa jenis makanan khas pulau Hawaii. Poi, pasta berbahan dasar akar talas.Laulau, daging (bisa daging ayam dan ikan) yang dibungkus daun ti.
Terdapat pula Poke, ikan mentah yang dipotong dadu dan hanya dibumbui oleh sayuran dan rumput laut. Kulolo sebuah puding kelapa dengan gula merah dan talas.


TRADISI PERNIKAHAN DI ITALIA



Itali, memiliki tradisi pernikahan yang unik, di mana pernikahan yang ideal harus diadakan pada hari minggu pagi. Hal ini berdasarkan cerita rakyat Itali, dilarang untuk menikah pada hari Jumat atau selasa karena kehidupannya akan diselimuti ketidak-beruntungan. Dan juga dilarang menikah pada hari sabtu, karena hari ini khusus bagi janda yang akan menikah kedua kali, ketiga dan selanjutnya.

Sang pengantin wanita pun tidak perlu sibuk merias wajahnya dengan make-up tebal, karena sang pengantin wanita akan menggunakan kerudung yang menutupi wajahnya. Kerudung disimbolkan sebagai keperawanan. Dan kerudung yang sobek saat dikenakan sang pengantin wanita menandakan ketidakberuntungan. Sedangkan sang pengantin pria membawa besi kecil di dalam kantung celananya sebagai pengusir roh jahat.

Pengantin tradisional Italia akan berjalan ke lokasi pernikahan atau gereja. Dan penduduk wilayah diadakannya pernikahan akan menurunkan sementara simbol-simbol di jalan yang dapat menghambat sang pengantin untuk tiba di lokasi pernikahannya.
Setelah upacara pernikahan usai, pasangan pengantin baru akan memecahkan gelas atau vas. Pecahan vas dan gelas ini menandakan berapa tahun pasangan ini akan bahagia.
Untuk suguhan makanan, para koki akan menyiapkan babi muda panggang atau kambing muda ditemani wanda (adonan berbentuk dasi kupu-kupu yang digoreng dan ditaburi gula halus).Para wanita meminum anggur Marsala, sedangkan para pria membuang waktu dengan meminum-minuman keras dengan para pria lainnya.

Ada juga confetti (almond dilapisi gula) sebagai snack, yang merepresentasikan manis-pahitnya kehidupan. Confetti ini juga dilemparkan saat sang pengantin baru meninggalkan lokasi pernikahan.

Urusan hiburan, tarantella dapat membuat para tamu bergoyang. Tarantella merupakan tarian rakyat Italia.
Jangan bingung harus memberikan kado pernikahan apa, karena di Itali, hadiah pernikahan dalam bentuk uang.Uang ini akan ditempatkan dalam kantong putih berbahan satin yang dinamakan la borsa. Jadi lupakan ide untuk membeli alat pemanggang roti atau pembuat kopi.


TRADISI PERNIKAHAN DI KOREA




Negara yang terkenal dengan film-film komedi dan melow, seperti “Full House”, “Coffee Prince”, dan “Boys Before Flowers”, ini ternyata memiliki tradisi pernikahan yang unik loh.
Awalnya, para teman dekat pengantin pria akan beramai-ramai membawakan hadiah pertunangan ke rumah calon pengantin wanita. Hadiah itu dimasukkan ke dalam kotak yang diberi nama hahm. Para pengantar hadiah pertunangan ini akan tiba di rumah sang pengantin wanita, lengkap dengan kostum dan wajah yang dipoles menajdi hitam, lalu meraka akan bernyanyi.

Para pembawa hadiah ini akan berhenti di depan rumah sang calon pengantin wanita, dan meneriakkan “Hahm untuk dijual, hahm untuk dijual!”. Lalu keluarga sang calon pengantin wanita akan menghampiri mereka sambil menawarkan uang. Kegiatan ini bisa disebut sebuah negosiasi, dan tentunya negosiasi yang menyenangkan juga penuh tawa.
Pesta pertunangan sendiri sekarang ini lebih sering diadakan di rumah makan. Dan sang calon pengantin wanita mungkin akan mengenakan hanbok (pakaian tradisional untuk acara pertunangan). Untuk hiburan, biasanya anggota keluarga akan berkaroke ria.

Sebelum pernikahan dilangsungkan, calon pengantin pria akan memberikan sebuah hadiah pada calon ibu mertuanya berupa sebuah angsa liar yang masih hidup. Namun sekarang ini lebih sering memberikan boneka angsa yang terbuat dari kayu. Angsa ini menandakan sang calon pengantin pria akan merawat anak perempuannnya seumur hidup.

Pernikahan tradisional Korea diselenggarakan di rumah sang pengantin wanita. Sedangkan sumpah pernikahan dilakukan dalam upacara yang dinamakan kunbere. Kedua pengantin akan saling membungkuk lalu meminum anggur khusus dari sebuah labu yang ditanam oleh ibu sang pengantin wanita.

Beberapa hari seteleh upacara pernikahan, kedua pengantin akan mengunjungi keluarga sang pengantin pria untuk menjalani upacara pernikahan lainnya yang disebut p’ye-baek. Sang pengantin wanita akan menawarkan korma dan chestnuts kepada orangtua pengantin pria. Hal ini melambangkan anak-anak.Lalu orangtua akan menawarkan sake, dilanjutkan melempar korma dan chestnuts pada sang pengantin wanita yang mencoba menangkap keduanya mengunakan pakaian pengantinnya.Di Amerika, upacara p’ye-baek dilakukan pada hari pernikahan.

Perjamuan makan dalam pernikahan tradisional Korea sangatlah sederhana. Bahkan hanya dibutuhkan sup mi, dan faktanya pesta perjamuan makan Korea disebut kook soo sangyang berarti “perjamuan mi.” Mi yang panjang melambangkan kehidupan yang panjang dan bahagia. Mi akan direbus bersama kaldu sapi dan hiasan lainnya serta sayuran. Dok, atau kue ketan biasanya menjadi hidangan yang disajikan dalam sebuah acara di negara ini, khususnya di pernikahan.


TRADISI PERNIKAHAN DI JEPANG




Percaya atau tidak, banyak pengantin di Jepang memalsukan wedding cake-nya. Banyak kue pengantin yang dipajang saat acara pernikahannya terbuat dari gabus, karet, dan lainnya. Namun, kue pengantin yang sebenarnya tersimpan di dapur dan tetap disajikan kepada paru tamu.

ada banyak cara untuk merayakan sebuah pernikahan di Jepang, namun kebanyakan pasangan mengikuti ritual tradisi Shinto. Shinto (cara-cara Dewa) adalah kepercayaan tradisional masyarakat Jepang dan merupakan agama yang paling populer di Jepang di samping agama Budha.Upacara pernikahan Shinto sifatnya sangat pribadi, hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat. Seringkali diadakan di sebuah tempat suci atau altar suci yang dipimpin oleh pendeta Shinto. Banyak hotel dan restauran yang dilengkapi dengan sebuah ruangan khusus bagi upacara pernikahan.

Selama hari-hari keberuntungan tertentu dalam kalender Jepang, sangat lumrah untuk melihat lusinan pasangan mengikat janji dalam pernikahan Jepang di tempat suci Shinto.
Di awal upacara pernikahan, pasangan dimurnikan oleh pendeta Shinto. Kemudian pasangan berpartisipasi dalam sebuah ritual yang dinamakan san-sankudo. Selama ritual ini, mempelai perempuan dan pria bergiliran menghirup sake, sejenis anggur yang terbuat dari beras yang difermentasikan, masing-masing menghirup sembilan kali dari tiga cangkir yang disediakan.
Saat mempelai perempuan dan pria mengucap janji, keluarga mereka saling berhadapan (umumnya kedua mempelai yang saling berhadapan). Setelah itu, anggota keluarga dan kerabat dekat dari kedua mempelai saling bergantian minum sake, menandakan persatuan atau ikatan melalui pernikahan.

Upacara ditutup dengan mengeluarkan sesaji berupa ranting Sakaki (sejenis pohon keramat) yang ditujukan kepada Dewa Shinto. Tujuan kebanyakan ritual Shinto adalah untuk mengusir roh-roh jahat dengan cara pembersihan, doa dan persembahan kepada Dewa.
Prosesi singkat ini sederhana dalam pelaksanaannya namun sungguh-sungguh khidmat. Maknanya untuk memperkuat janji pernikahan dan mengikat pernikahan fisik kedua mempelai secara rohani.

Apabila sepasang mempelai Jepang ingin melaksanakan pernikahan tradisional Jepang yang murni, maka kulit sang mempelai perempuan akan dicat putih dari kepala hingga ujung kaki yang melambangkan kesucian dan dengan nyata menyatakan status kesuciannya kepada para dewa.

Mempelai perempuan umumnya akan diminta memilih antara dua topi pernikahan tradisional. Satu adalah penutup kepala pernikahan berwarna putih yang disebut tsuni kakushi (secara harafiah bermakna "menyembunyikan tanduk"). Tutup kepala ini dipenuhi dengan ornamen rambut kanzashi di bagian atasnya di mana mempelai perempuan mengenakannya sebagai tudung untuk menyembunyikan "tanduk kecemburuan", keakuan dan egoisme dari ibu mertua - yang sekarang akan menjadi kepala keluarga.

Masyarakat Jepang percaya bahwa cacat karakter seperti ini perlu ditunjukkan dalam sebuah pernikahan di depan mempelai pria dan keluarganya.
Penutup kepala yang ditempelkan pada kimono putih mempelai perempuan, juga melambangkan ketetapan hatinya untuk menjadi istri yang patuh dan lembut dan kesediannya untuk melaksanakan perannya dengan kesabaran dan ketenangan. Sebagai tambahan, merupakan kepercayaan tradisional bahwa rambut dibiarkan tidak dibersihkan, sehingga umum bagi orang yang mengenakan hiasan kepala untuk menyembunyikan rambutnya.
Hiasan kepala tradisional lain yang dapat dipilih mempelai perempuan adalah wata boushi. Menurut adat, wajah mempelai perempuan benar-benar tersembunyi dari siapapun kecuali mempelai pria. Hal ini menunjukkan kesopanan, yang sekaligus mencerminkan kualitas kebijakan yang paling dihargai dalam pribadi perempuan.

Mempelai pria mengenakan kimono berwarna hitam pada upacara pernikahan.
Ibu sang mempelai perempuan menyerahkan anak perempuannya dengan menurunkan tudung sang anak, namun, ayah dari mempelai perempuan mengikuti tradisi berjalan mengiringi anak perempuannya menuju altar seperti yang dilakukan para ayah orang Barat.
Seperti umumnya di Indonesia, para tamu yang diundang pada pesta pernikahan di Jepang, perlu membawa uang sumbangan dalam dompet mereka. Hal ini karena mereka diharapkan memberikan pasangan goshugi atau uang pemberian yang dimasukkan dalam amplop, yang dapat diberikan baik sebelum atau sesudah upacara pernikahan.

Di akhir resepsi pernikahan, tandamata atau hikidemono seperti permen, peralatan makan, atau pernak-pernik pernikahan, diletakkan dalam sebuah tas dan diberikan kepada para tamu untuk dibawa pulang.


TRADISI PERNIKAHAN DI CHINA





Dalam perkawinan Cina, ada beberapa ritual acara yang dilakukan. Dari mulai lamaran sampai resepsi. Proses perkawinan Cina sendiri selama ini dilakukan menurut tradisi turun-temurun. Dimulai dari acara sanjit yang dilakukan beberapa hari sebelum resepsi. Sanjit merupakan seserahan dari pihak laki-laki pada pihak perempuan yang antara lain berisi koin emas, jamur, telur dan makanan khas Cina. Menurut tradisi Cina, setiap barang yang dibawa untuk sanjit mempunyai arti tersendiri.

Setelah upacara sanjit, dilakukan penataan kamar pengantin oleh orang tua. Ada kepercayaan beberapa orang untuk meminta anak kecil meloncat-loncat di atas tempat tidur pengantin. Hal ini menurut kepercayaan mereka mempunyai arti agar sang pengantin cepat mendapatkan keturunan. Meski tidak semua keluarga Cina menjalankan tradisi ini tetapi masih cukup banyak juga yang melakukannya. Kemudian pada hari pelaksanaannya, biasanya diadakan acara pengantin memasangkan jas kepada pengantin pria dilengkapi dengan sarung tangan.

Lalu ditambah juga dengan bunga tangan yang akan diberikan kepada pengantin wanita. Sedangkan di pihak pengantin wanita juga diadakan acara pelepasan. Acara pelepasan ini disambung dengan acara temon, yaitu acara penjemputan ke tempat mempelai wanita. Bagi keluarga yang masih mengikuti tradisi Cina dan punya kepercayaan sendiri, saat untuk temonbiasanya diatur lebih dulu untuk mencari jam yang baik untuk penjemputan dan kapan waktu yang baik saat pengantin keluar rumah.

Tradisi lainnya saat temon, orang tua dan pengantin wanita tidak boleh langsung bertemu dengan pengantin pria. Biasanya yang menerima pada saat pengantin datang adalah wali yang ditunjuk oleh orang tua pengantin wanita. Tapi ada juga yang langsung diterima oleh orang tua. Sedangkan pada saat pengantin turun dan mobil sebaiknya dibukakan pintu oleh best man pengantin pria atau adik laki-laki pengantin wanita, jika mengikuti tradisi tersebut, adik laki-laki pengantin wanita akan memberikan jeruk pada pengantin pria. Sebaliknya pengantin pria memberikan angpau untuk adik laki-laki pengantin wanita. Hal tersebut mempunyai arti ucapan terima kasih.

Pengantin pria dengan pengantin wanita pun tak boleh bertemu di ruang tamu, namun langsung ke kamar pengantin. Setelah pemberian hormat kepada orang tua, pengantin pria langsung dibawa ke kamar. Dilanjutkan dengan pemberian bunga untuk pengantin wanita dan sebaliknya pengantin pria dipasangkan corsage oleh pengantin wanita. Di saat yang sama diadakan acara makan onde. Acara ini juga tergantung pada keluarga mempelai kedua belah pihak. Ada yang masih mengikuti tradisi tersebut, ada juga yang tidak.

Sesuai tradisi Cina, beberapa hari sebelum resepsi biasanya diadakan acara tea pai di rumah keluarga pengantin pria dan di rumah keluarga pengantin wanita. Tea pai merupakan acara minum teh yang dilakukan untuk memperkenalkan keluarga masing-masing dan menghormati orang yang dituakan. Saat ini tea pai dilakukan sore hari sebelum resepsi perkawinan. Biasanya pengantin langsung memakai baju pengantin internasional. Tapi jika diadakan beberapa hari sebelum resepsi, pengantin bisa memakai baju cheongsam khas Cina. Tradisi Cina lainnya, ada yang menambahkan angco dan gula batu pada teh yang akan diberikan pada pihak keluarga. Bersamaan dengan pemberian teh dan pengantin, pihak keluarga memberikan angpau pada pengantin. Untuk perkawinan Cina yang lebih modern, acara tea pai dilakukan pada hari yang sama dengan resepsi dan tidak lagi dilakukan temon. Pengantin langsung bertemu di gereja saat pemberkatan. Keseluruhan prosesi perkawinan Cina saat ini sudah lebih singkat dan dibuat lebih modern. Upacara sanjit misalnya, tak selalu dilakukan, begitupun ritual perkawinan bisa dipersingkat menjadi hanya sehari saja.


TRADISI PERNIKAHAN DI JERMAN




Di Jerman bulan pilihan untuk menikah adalah Mei. Tradisi yang berhubungan dengan pernikahan di Jerman yang banyak dan berbeda-beda menurut wilayah.
Brides sering membawa garam dan roti sebagai pertanda untuk hasil panen yang baik dan laki-laki membawa gandum untuk kekayaan dan nasib baik.

Pada daerah-daerah tertentu di Jerman, hingga sekarang masih mewarisi kebiasaan ritual pernikahan kuno tertentu, misalkan sebuah contoh di daerah Bonn yang masih nge-trend yakni ritual Bude Abend yang sebelum pernikahan membanting ember dan memecah piring.
Sama halnya dengan situasi di negara Eropa lainnya, pemuda-pemudi Jerman kebanyakan di dalam gereja melangsungkan ritual pernikahan dan di rumah melangsungkan pestanya. Pihak lelaki menutup biaya untuk acara di gereja, daftar nama para tamu peserta pesta pernikahan kebanyakan ditentukan oleh orang tua mempelai wanita.

Akan tetapi, pada kebanyakan situasi, orang tua pihak mempelai selalu berunding dengan besan mereka, masing-masing mengusulkan separuh nama tamu, dengan begitu bisa menghindari munculnya hal tidak menyenangkan pada saat pesta berlangsung.
Pesta pernikahan pada umumnya, daftar nama tamu biasanya termasuk anggota keluarga kedua keluarga, kawan kedua belah pihak orang tua, para teman mempelai pria dan wanita, secara garis besar ditentukan berdasarkan perbandingan yang setara.

Di dalam suasana pesta yang khidmat, mempelai pria yang berbusana pakaian rapi dan bergandengan tangan dengan mempelai wanita yang bergaun putih, di bawah kawalan dari pengapit pengantin laki-perempuan, memasuki arena pesta pernikahan, para undangan menyatakan selamat kepada pengantin baru, kedua mempelai menyatakan rasa terima kasih kepada hadirin satu persatu.

Secara tiba-tiba, suara “Ting ting tang tang” pecahan piring dan bunyi gaduh bantingan mangkuk, selain itu juga tiada henti, persis bagaikan suara petasan pada saat malam tahun baru Imleek. Ternyata, dengan mengikuti kebiasaan tradisional setempat, sebelum resmi menikah harus melangsungkan ritual membuang yang lama (sial) – menyongsong yang baru.
Para undangan yang mengikuti acara pesta, setiap orang pada membawa aneka macam mangkuk pecah, piring retak, botol pecah dan lain sebagainya. Di dalam ritual, orang-orang pada berlomba membanting piring dan memecah botol, silih berganti, suara gaduh tidak berhenti.
Benda-benda rombeng yang dibawa dan dibanting para tamu berserakan di lantai, orang tua pengantin wanita dengan tersenyum simpul mengumpulkan pecahan benda-benda tersebut dan disapu menjadi satu dimasukkan ke dalam sebuah koper usang serta disulut dengan api di tengah halaman, para hadirin mengelilinginya sembari menyanyi dan menari, bersorak sorai dan berlompatan.

Di dalam konsepsi tradisional orang Tionghoa, pada saat pesta, pantang memecahkan barang, konsepsi tradisional orang Jerman justru terbalik.
Mereka menganggap dengan membanting dan melempar keras-keras, bisa membantu kedua mempelai menghapus kegundahan masa lampau dan menyongsong permulaan yang indah, di dalam perjalanan kehidupan yang panjang, sang suami-isteri bisa selalu mempertahankan asmara yang hangat, selama hidup tak berpisah hingga rambut memutih.
Yang lebih menarik ialah, suami isteri pengantin baru tidak boleh menikmati malam pertama dengan tenang, melainkan berkonsentrasi penuh, dengan seksama memperhatikan keadaan sekeliling.

Selalu saja ada tetangga kiri kanan yang secara berkala memecahkan seperangkat porselen, sesudah kedua mempelai itu mendengarnya, sebagai reaksinya diharuskan dengan segera memecah juga sebuah benda.
Seolah-olah pihak lain memecah sebuah benda pecah-belah adalah mengucapkan selamat kepada mereka, maka mereka juga membanting sebuah porselin untuk menunjukkan rasa terima kasih.

Hal – hal unik lainnya dalam tradisi pernikahan di jerman yaitu pengantin wanita sering membawa garam dan roti sebagai pertanda untuk hasil panen yang baik dan laki-laki membawa gandum untuk kekayaan dan nasib baik.

TRADISI PERNIKAHAN DI VIETNAM




Pada kebudayaan tradisional rakyat Vietnam, pernikahan adalah salah satu peristiwa yang paling penting dalam hidup.
Dalam masyarakat sekarang ini, pernikahan tradisional terlihat sangat kompleks, lama, dan seksama dengan proses 6 langkah standar: mulai dari seleksi calon pengantin perempuan atau yang pria (ken chon), saling bertemu muka (giam ngo), pertunangan (an hoi), pesta perkawinan, kembali ke orang tua pengantin perempuan (lai mat), dan pesta untuk para tetangga (le nop treo)

Saat proses ken chon, para orang tua memilih pasangan untuk anak mereka. Ini adalah proses seleksi, tidak hanya pasangan yang dipertimbangkan, tetapi juga situasi dan kedudukan dari keluarga pasangan saat ini.
Langkah ini memerlukan waktu yang paling lama, dan biasanya kedua keluarga telah memiliki hubungan yang baik selama bertahun-tahun.

Pada saat giam ngo, wakil dari keluarga sang pemuda (pada umumnya dipimpin oleh ayah dari sang pemuda) meminta persetujuan pada keluarga si gadis untuk menikahkan putranya dengan putri mereka. Jika keluarga si gadis menerima permintaan tersebut, maka rencana pernikahan akan dibahas secara lebih mendetail.

Pada saat an hoi, wakil dari keluarga pemuda membawa segala sesuatu yang diminta oleh keluarga si gadis, dan pada saat ini pula, semua detail pernikahan akan ditetapkan.
Sesudah pernikahan berlangsung, pengantin perempuan akan pulang bersama suaminya.
Lai mat adalah saat tiga hari sesudah pernikahan, di mana pengantin pria baru akan membawa isterinya dan beberapa hadiah tradisional kembali ke rumah orang tuanya untuk mengucapkan terima kasih mereka.

Pada le nap treo, pasangan suami isteri baru akan mengorganisir sebuah pesta untuk para tetangga untuk memperkenalkan kepada mereka pengantin perempuan yang baru dinikahi. Umumnya, dalam kesempatan ini, pasangan suami isteri juga mendermakan sesuatu kepada komunitas setempat.

Secara tradisional, isteri yang baru harus tinggal di rumah keluarga suaminya sejak malam pernikahan sampai akhir hayat hidupnya. Ini menyiratkan bahwa dia harus melepas rumah keluarganya yang sudah sangat dikenalnya dan masuk ke situasi yang sama sekali baru, dan bergaul dengan orang-orang dari generasi yang berbeda di dalam rumah suaminya.
Sebagai tambahan, pembauran ketat dengan orang-orang di desa memiliki arti bahwa ketika seorang istri yang baru datang untuk tinggal dengan suaminya, dia tidak hanya harus beradaptasi dengan keluarga suaminya, tetapi juga dengan kelompok komunitas suaminya.
Oleh karena itu, orang Vietnam zaman dulu betul-betul menganggap bahwa pernikahan bukan hanya antar dua individu, tetapi juga antar dua keluarga besar dan komunitasnya. Dengan begitu persiapan psikologis dari calon pengantin putri dan keluarganya adalah sangat penting.

0 komentar:

Posting Komentar

Semoga Menambah Pengetahuan Kita Semua